Aku menamakanya “Penyakit Gila No 2”, yaitu menghayal. Tidak banyak yang tahu bahwa kebiasaan buruk dari aku adalah mengahayal. Kalau dikasil Level sifat penyahayal ini, mungkin sudah berada pada ujungnya Level, yaitu pada level 9. Tak jarang aku menghayalkan sesuatu yang sangat tinggi, seperi cerita dalam sebuah lagu Peterpan “Hayalan tinggakat Tinggi. Bagi sebagian orang, menghayal merupakan hal yang wajar, asalkan yang dihayalkan masih masuk logika dan terjangkau oleh kita. Tapi kalau seandainya Hayalan tersebut sudah mulai mempengaruhi hidup seseorang itu sudah layak dikatakan sangat Parah. Seperti aku contohnya.
Tidak ada yang tahu, bahwa hayalan aku sendiri sudah mulai mempengaruhi hidupku. Kenapa bisa? Karena hayalah aku sendiri telah bisa memunculkan keinginan-keinginan yang terkadang diluar kuasaku. Dari dulu aku hanya berani bermain dalam hayalan, apalagi ketika ada hal yang tidak bisa aku sentuh. Memang Sebagian kecil hayalanku ada yang sudah menjadi kenyataan, tapi sebagaian besar hayalanku telah memperbodohiku. Dan sekarang aku baru sadar bahwa hayalan aku sendiri telah memperbodohiku.
Terlalu Aneh dan gila jika mengkambing hitamkan Hayalan sendiri atas kekacaau dalam hidupku belakangan ini, tapi aku merasa itulah kenyataannya sekarang. Karen hayalanku sendiri, munculah keinginan-keinginan yang tak terjangkau oleh dayaku, lalu muncul juga Ambisi yang takan pernah terhentikan kecuali dihentikan oleh kekecewaan dan Kesakitan.
Dalam Jiwaku sendiri aku tidak pernah bisa jadi penguasa seutuhnya, bagian-bagian dari diriku bisa jadi penguasa, seperti Hayalanku, Hatiku, Kesakitanku, Ambisiku. Semua itu adalah penguasa-penguasa yang menguasai sendiri penguasa yang sebenarnya. Semuanya telah mampu mengendalikan arah hidupku, dan telah mampu membuat skenario baru dalam hidupku. Sedangkan Aku sendiri sang penguasa yang sebenarnya hanya bisa mengikuti tanpa bisa membantah karena kelemahanku.
Dan kini hayalanku telah telanjur menghayalkan sesuatu. Dan karena hayalan itu munculah sebuah ambisi yang takan terhentikan kecuali rasa sakit yang nantinya kan menghentikanya. Sumpah dan janji telah mulai diabaikan. Jera dan trauma tak lagi menjadi sebuah ketakutan, dan aku tidak mungkin bisa memerintahkan atau memohon kepada hayalanku sendiri untuk berhenti berhayal. Yang bisa aku lakukan adalah bersiap untuk dipermainkan lagi oleh Hayalanku sendiri.
Memang Sangat aneh, hayalan bisa mempermainkan hidupku sendiri, mengendalikan hidup sendiri, tapi itulah hidupku, yang hampir semuanya adalah tentang keanehan.
Kamis, 13 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
About
Introduction
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar