Rabu, 28 September 2011

Dear Ayah...

Aku masih ingat ketika kau merasa bangga dan menaruh harapan kepadaku lalu kau usap-usap punggungku dengan bangganya, aku masih ingat ketika kau memukulku dengan alas kakimu, saat aku mengabaikan perintahmu. Aku masih ingat ketika kau cambuk aku dengan Ikat Pinggangmu saat aku ketahuan Bolos Ngaji Di TPA. Aku masih ingat suara garang kau ketika marah besar kepadaku karena aku tidak mau membantu Ibu. Tak jaranag kau mengatakan aku sama dengan binatang, karena mungkin engkau sangat kecewa dan maraha besar kepadaku, Aku masih bisa merasakan kebahagian dan indahnya saat lebaran datang aku bisa bersamamu. Aku masih ingat wajah banggamu untuk pertama kalinya, ketika aku memilih untuk sekolah di STM, aku masih ingat wajah senangmu ketika aku membawa teman sekolahku kerumah.

Aku masih ingat raut wajah kekecewaan mu untuk terakhir kalinya, ketika Nilai Laporku Semester 1 jelek. Dan aku masih ingat wajah muramu dan Resahmu untuk terakhir kalinya saat kau pergi ke Tembilahan untuk mengais rezki menghidupi keluargamu. Serta aku masih ingat ketika kau pulang dengan sudah tidak bernafas lagi, dan aku masih ingat bagaimana wajahmu saat kau tertidur pulas untuk selamanya.

Aku merindukanmu, aku rindu semua tentangmu. Kau pasti tahu aku merindukanmu. Bahkan kerinduan itu terkadang membuat aku memanggilmu dalam hati dan menyuruhmu untuk membawaku ke tempatmu. Engkau pastinya sudah tahu bahwa aku sudah lelah menepis hidup ini, karena sekarang dunia telah menjadi musur besarku dan Musuh besarku itu telah membuatku mengingkari janjiku kepadamu dan mengkianati sumpahku kepada tuhan.

Kekurang ajaranku, aku menikmati dan merayakan kekalahan dari musuh besarku tepat pada 6 Tahun kepergianmu. Kau pastinya sudah tahu Musuh aku itu telalu tangguh untuk dikalahkan, aku belum mempunyai kekuatan super untuk mengalahkanya, sedangkan aku sendri disni. Dengan cara membawa aku ke tempatmu, Musuhku akan berhenti mengejarku dan mendosakanku. Aku tidak perduli mereka bilang aku kalah, atau pengecut. Karena memang aku sudah kalah dan pengecut. Maafkanlah aku Ayah, aku masih belum bisa membuat bahagia. dan masih saja mendosakanmu dan memalukanmu

0 komentar:

Posting Komentar

About

Introduction

Diberdayakan oleh Blogger.
 
Copyright © 2010 My Story. All rights reserved.